Sebuah restoran di distrik Nihonbashi, Jepang, menggunakan robot untuk melayani pengunjung dengan disabilitas. Robot dengan mata berbentuk oval tersebut mampu melayani penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan gerak. Orihime dapat dioperasikan dari jauh dan hanya menggerakkan mata.
Kentaro Yoshifuji, penyandang disabilitas fisik yang membuat Orihime, mengatakan robot itu berfungsi menjembatani kebutuhan difabel melalui gagasan dan cara yang berbeda. “Saya mencari tahu bagaimana manusia dan robot bisa saling membantu dan menciptakan kondisi yang sama sekali berbeda,” kata Kentaro seperti dikutip dari laman France24, Minggu 22 Agustus 2021.
Orihime dilengkapi dengan kamera, mikrofon, dan speaker untuk memungkinkan operator berkomunikasi dengan pelanggan dari jauh. Saat ini terdapat 20 robot Orihime yang melayani pengujung di restoran milik Kentaro. Beberapa di antaranya berfungsi sebagai pramusaji yang mengantarkan menu kepada pelanggan yang tidak dapat masuk ke dalam restoran lantaran tidak tersedia ramp.
Ada pula robot barista yang dapat membuat kopi dan mengoperasikan mesin french press. Robot itu mengenakan celemek berwarna coklat yang biasa dipakai oleh para barista.
Seorang pegawai restoran dengan disabilitas mental intelektual, Michio Imai mengatakan sangat terbantu dengan kehadiran Orihime. Dengan kenyamanan itu, dia memilih tetap bekerja di restoran milik Kentaro meski rumahnya berjarak 800 kilometer atau di Distrik Hiroshima.
“Saya berbicara banyak hal dengan pelanggan. Tentang cuaca, kampung halaman, dan kondisi kesehatan saya,” kata Michio Imai yang memiliki gangguan gejala somatik yang membuat dia sulit meninggalkan rumah. Restoran Kentaro ini merupakan jawaban atas pertanyaan para aktivis disabilitas soal inisiatif pemerintah Jepang dalam mewujudkan inklusivitas dan aksesibilitas.
Sejak 2013, Tokyo didaulat menjadi tuan rumah Olimpiade 2020 –yang pada kenyataannya berlangsung di 2021 karena pandemi Covid-19. Pemerintah Tokyo kerap menggaungkan upaya untuk membuat fasilitas umum lebih terakses. Namun demikian, menurut Seiji Watanabe, kepala organisasi nirlaba di Aichi Jepang yang mendorong kesempatan kerja bagi difabel, dukungan pemerintah untuk inklusivitas tetap terbatas. (tmp)
0 Comments