Menjadi seorang pengajar bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan pekerjaan mulia sekaligus menantang. Mereka pun dituntut untuk dapat menghidupkan pembelajaran melalui metode pembelajaran yang beragam.
Salah satunya dengan aktif menghadirkan media pembelajaran. Hal tersebut pun dirasakan oleh salah satu pengajar di SLB 1 Denpasar, Kadek Yudiasih. Sebelumnya, sejak tahun 1992 hingga 2009 Ia merupakan guru di sekolah reguler. Lalu di tahun 2009 hingga kini barulah ia mengajar di SLB 1 Denpasar.
“Mengajar di SLB sangat berbeda jauh dengan saya mengajar di sekolah reguler selama 17 tahun. Hal ini membuat saya sedikit terkejut, dan syok. Tapi, dari saat itu saya bertekad untuk tidak meninggalkan mereka atau pindah ke sekolah reguler,” sebutnya.
Ia mengaku, sejak mengajar di SLB, untuk pertama kalinya ia merasakan benar-benar menjadi seorang guru yang sangat dibutuhkan oleh peserta didik. Hal tersebut dikarenakan ketika mengajar siswa di sekolah reguler, siswa tersebut cukup diberikan pemahaman dan mereka akan melakukan sendiri, beda halnya dengan ABK.
Yudiasih sendiri saat ini menjadi pengajar kelas X dan mengajar siswa ABK tunagrahita, autis dan tunanetra. Melihat kondisi siswanya tersebut, Ia pun termotivasi melakukan berbagai macam strategi dan teknik pembelajaran sehingga mampu menarik minat siswa untuk kian rajin belajar.
“Saya mencoba membuat media pembelajaran sendiri, sampai mendapatkan juara 1 di provinsi. Kemudian di tingkat nasional mendapat juara 3 sebagai guru kreatif. Lalu, saya juga diajak Kemenhub untuk studi banding ke Eropa, Belgia, Denmark, dan Norwegia,” ungkap perempuan kelahiran Denpasar, 14 Maret 1969 ini.
Tak hanya sampai di situ saja, dirinya pun juga pernah pergi ke Jepang untuk mencari tahu perbedaan pembelajaran SLB di Asia dan negara lainnya. Menurutnya, semua hal yang Ia lakukan tersebut bukanlah semata-mata untuk meraih gelar juara, namun, untuk menambah ilmu sehingga dapat ia bagikan kepada guru lainnya.
Dirinya pun mengaku beragam tantangan pernah ia temui, salah satunya ketika diharuskan mengajar pada masa pandemi Covid-19. Dalam kondisi sulit tersebut dirinya pun akhirnya melakukan program Guru Keliling (Guling) dengan datang ke rumah siswa. Kemudian dirinya pun juga aktif membuat video pembelajaran sehingga mampu mendidik siswa di masa pandemi tersebut.
Di peringatan World Teachers Day atau Hari Guru Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 5 Oktober ini, dirinya pun berharap agar setiap guru di dunia dapat mendidik siswa dengan setulus hati. Sehingga nantinya muncul ikatan antara pendidik dan siswa.
“Nanti secara otomatis akan tergali dan menemukan kelebihan dibalik kekurangan siswa. Dan untuk bisa memaksimalkan kelebihan itu, yaitu dengan bekerjasama bersama orang tua siswa dan ini kunci keberhasilan anak istimewa,” kata Duta Guru Sahabat Keluarga tahun 2021-2022 ini. (dtk)
0 Comments